Sahabat Untuk Selamanya – Buronan; Sebuah Pelarian
Emotion

Sahabat Untuk Selamanya

Posting ini sebenarnya sudah saya share di facebook. Tapi ingin saya bagikan lagi di blog pelarian untuk mengingatkan saya betapa beruntungnya saya bertemu dengan mereka. Dan juga untuk mengenang salah satu dari kami yang sudah meninggalkan dunia ini; membawa separuh jiwa kami juga mewariskan kebaikan hati yang akan selalu kami kenang. Rest in peace, my dearest friend.

Yah emang lebay bgt bahasanya, bikin meringis pengen nendang meja, tapi ini bahasa diary saya, bahasa lebay mendramatisir ala sinetron indonesia 😀
Aku diwajibkan mengikuti kegiatan KKN sebagai salah satu mata kuliah wajib di semester tujuhku. Bukan diwajibkan. Dalam kasusuku aku dipaksa, bukan dalam artian aku diseret-seret oleh orang untuk mengikuti kegiatan ini, tapi aku merasa terpaksa, dalam artian sangat berat hati mengikuti KKN ini. Begini; Setelah survey ke lokasi KKN, aku merasa desa tempat kami tinggali sangatlah terpencil dan kurang layak untuk dihuni manusia. Melewati bukit-bukit yang sangat indah di siang hari tapi sangat menakutkan kala malam; tajamnya tikungan, tanjakan, turunan juga minimnya residen di sekitar jalan yang kami lalui. Ditambah minimnya akses untuk kehidupan yang layak seperti pendidikan, pasar, minimarket dll. Yah paling tidak gambaran saat survey sudah sangat membuatku resah. Ditambah teman-teman KKN yang baru aku kenal. Aku hanya mengenal abdilah dan reza yang sama-sama kursus korea denganku. Sisanya aku buta dan tak tahu apa-apa. Salahku juga memaksakan diriku yang intovert dan tak banyak teman ini bergabung dengan kelompok KKN sendirian tanpa ditemani sahabat-sahabatku yang tahu luar dalam sifat ‘awkwardku’. Dan ini adalah masalah terberat KKN menurutku. Aku yang sangat irit kata dan amat canggung jika dihadapkan dengan suasana dan orang baru sudah sangat ketakutan membayangkan akan tinggal bersama orang-orang asing selama satu bulan. Benar benar membuatku gelisah.
Paling tidak itu yang aku pikirkan sebelum aku tiba di desa KKN ini. Well, terlalu banyak berfikir membuatku gampang ketakutan dan sangat paranoid. Kata ‘jika’ dan ‘bagaimana kalau’ melemahkanku dari dalam. Padahal saat aku sudah menjalaninya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Lancar. Aman. Damai. Tak satupun kehawatiranku terbukti. Desa sirna jaya memang terpencil dan jauh dari peradaban tetapi juga adalah tempat terideal untuk memulihkan jiwa dan ragaku yang ‘sakit’ ini. Hawanya yang sejuk, pemandangannya yang indah juga penduduknya yang ramah dan tak lupa bagian favoritku; anak-anaknya yang imut menggemaskan membuatku sangat kerasan disini. Anak-anak ini selalu mengikuti kami kapanpun. Pagi kami mengantar mereka ke sekolah, lalu mengajar mereka, siang bermain, sore belajar bahasa inggris, malam mengaji, lalu bermain dan belajar bersama, lalu beberapa dari mereka menginap dan tidur bersama kami. Tak hanya anak-anak, orang dewasapun selalu ada dalam setiap waktu kami. Contohnya saja kemanapun aku pergi, seakan semua orang tersenyum padaku, memanggil namaku, mengajakku berbincang tentang apa saja (ajaibnya aku bisa mengimbangi apapun topik yang mereka bincangkan) dan terutama mengajakku berkunjung dan mencicipi masakan khas sunda mereka. Benar benar melegakan. Juga menyenangkan.
Teman teman KKN juga walaupun baru saja kenal ternyata sangat baik dan sangat membuatku nyaman. Aku yang merasa takut tidak bisa bergaul dengan baik merasa lega. Karena aku yang pendiam pun bisa menciptakan percakapan walau tidak selalu panjang dan bermakna hahaha. Mereka sangat baik dan enak diajak ngobrol. Sangat nyaman. Aku belajar menjadi terbuka dan berbicara banyak. Memang banyak masalah kecil yang terus menerus menumpuk hingga menggunung bahkan semenjak kami belum sampai di lokasi KKN. Aku sadar bahwa membuat 15 orang tinggal dibawah satu atap akan selalu membawa dampak baik positif dan negatif. Positifnya, akan selalu ada tawa, canda dan keceriaan dalam setiap detik di hari kami. Tetapi pasti akan selalu ada hal negatif di baliknya. Akan ada titik titik kosong dalam setiap riangnya tawa. Akan ada noda-noda hitam dalam setiap putihnya jalinan persahabatan. Memang sudah aku perkirakan akan ada clash yang terjadi dalam waktu dekat. Menyatukan 15 kepala dengan 15 kepribadian dan pemikiran yang berbeda adalah satu hal yang sangat sulit untuk diwujudkan. Apalagi masing-masing dari kami mempunya kepribadian yang sangat unik; sebagian dari kami keras, kuat dalam mempertahankan keinginannya dan lain sebagainya. Ah dan Sensitif. Sebenarnya mereka baik, tidak mudah tersinggung dan easy going. Tetapi karena padatnya jadwal dan banyaknya kegiatan yang harus kami lalui, kami jadi sensitif. Gampang tersulut. Makanya menjaga perasaan masing-masing juga saling menjaga perkataan sangat penting dalam masa-masa kelelahan kami. Karena sedikit saja tersenggol, bahkan oleh secuil kata-kata bercanda yang menyakitkan, pecah sudah pertahanan diri. Semua karena badan sudah lelah, seluruh tubuh sudah terkuras energinya. Jadi gampang sekali membakarnya dengan amarah. Untunglah kami semua pintar dalam membaca situasi dan menjaga perasaan masing-masing. Tak ada pertengkaran. Hanya clash kecil yang seringnya terselesaikan dengan senda gurau. Sehingga sampai titik penghabisan waktu kami di desa sirna jayapun hanya canda tawa yang akan selalu kami ingat nantinya.
Happiness lasts in memory
Aku bersyukur bergabung dengan kelompok KKN AKSI ini. Aku bersyukur karena kenekatanku untuk membaur dengan orang-orang asing yang tidak aku kenal membuatku mendapatkan harga yang layak; teman, sahabat, atau mungkin juga keluarga. Warga desa sirnajaya, anak-anak desa juga tim satu kelompok KKN. Aku sangat berterimakasih karena dipertemukan dengan mereka. Dengan taufik yang childish dan tak mau mengalah, irlan si bawel bendahara yang cermat, ratu si ceria yang doyan ngambek, abdillah sang mood-maker yang mampu membuat kami tertawa setiap detiknya, ka erni yang bijak dan selalu tersenyum, manyu yang jaim tapi anak mama, ulil si fotografer yang tidak-maunya berarti mau, karin si galak dengan centongnya, reza si aneh dengan dunianya, lita si konyol yang selalu memanggilku ibu tiri, imam si suara-dalam yang selalu menempel dengan ratu, wahid sang juru bicara sunda, umar yang lebih memilih membuat gorong-gorong daripada mengajar, dan ryan si cool yang ternyata pecinta mati cherrybelle. Entah dimana lagi bisa kutemukan orang-orang antik macam mereka. Aku sangat sangat bersyukur mengenal mereka, menjadi teman mereka, juga menjadi bagian dari salah satu kisah dalam hidup mereka.
Terima kasih.

Leave a Reply

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *